Announcement

Kamis, 21 Maret 2013

Teknologi untuk Mengawetkan Sang Raksasa


Butuh 2 ton silica gel untuk mengeringkan bunga bangkai setinggi 2,2 meter di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

bunga bangkai,amorphophallus titaniumProses pengawetan bunga bangkai Amorphophallus titanium yang kemudian dimasukan ke dalam tiga buah kotak kayu yang sudah disiapkan khusus dari Korea Selatan. (Titania Febrianti/NGI).
Bubuk halus berwarna biru perlahan berterbangan keluar dari kotak penyimpanan bagian-bagian bunga bangkai Amorphophallus titanium. Hal ini berlangsung di bagian pembibitan Gedung 9 Kebun Raya Bogor pada hari Rabu, 13 Maret 2013.
Para peneliti di sekelilingnya sibuk bekerja sambil menggunakan masker, agar tak menghirup bubuk silica gel yang didatangkan dari Korea Selatan tersebut. Umbi bunga bangkai yang akhirnya mulai mekar pada sekitar pukul 10.00 pagi itu memang sengaja didatangkan dari Kepahiyang, Bengkulu, untuk dipamerkan dalam ajang International Horticulture Goyang 2013, Korea Selatan pada tanggal 27 April hingga 12 Mei 2013.
“Butuh waktu satu bulan penuh untuk berlatih sebelum menangani pengawetanAmorphophallus titanium ini. Latihannya adalah dengan menggunakan tanaman-tanaman lain,” ungkap Christopher Lim, International Business Team Overseas Trade & Marketing, Goyang International Flower Foundation, Korea Selatan. 
bunga bangkai,amorphophallus titaniumBubuk halus silica gel dituangkan secara perlahan ke dalam bunga yang belum seratus persen mekar dan sudah dipotong bagian tengahnya.(Titania Febrianti/NGI) 
Bekerja sama dengan rekan dari Jepang, dengan terampil mereka memotong bunga bangkai ini menjadi tiga bagian, membuang bagian yang sarat air, dan akhirnya memasukkannya ke dalam tiga buah kotak kayu yang sudah disiapkan khusus dari Korea.
Dari sekian pilihan metode pengawetan, akhirnya pengeringan dengan silica gelyang dipilih oleh tim.
“Tahap pertama pengawetan adalah, bunga bangkai dikubur menggunakan dua ton silica gel selama tiga minggu. Kemudian silica gel akan diganti secara bertahap, yang prosesnya akan diteruskan di Korea.” ujar Sofi.
Bunga kebanggaan Bengkulu ini akan dipamerkan bersama sekitar 20 tanaman yang berasal dari Pulau Sumatra, antara lain tanaman epifit termasuk paku-pakuan.
“Pokoknya tanaman yang unik bagi masyarakat di sana,” ungkap Sofi. Setelah pameran berakhir, bunga ini akan dipulangkan ke Kebun Raya Bogor. Menurut Christopher, pihaknya telah menyediakan dana sebesar US$100 ribu (Rp968 juta-an) untuk menjalankan Titanium Project ini.

Kenaikan Minyak


Ladang minyak baru meningkatkan pasokan bahan bakar AS. Apa risikonya?




Ketika Susan Connell tiba di sumur minyak pertama hari itu, dia melemparkan kacamata berbingkai hitamnya yang keren ke dasbor truk beroda 18-nya. Kemudian ia menarik ritsleting baju coverall tahan apinya sampai ke leher. Saat itu masih awal Juli, sekitar pukul 07.00 pagi.

Kami berada di Reservat Fort Berthold, di North Dakota sebelah barat. Connell, 39, ibu dua putri dan salah satu dari sedikit perempuan pengemudi truk besar di ladang minyak, bertugas mengangkut air. Istilah resminya, air produksi. Para pengemudi menyebutnya air kotor.

Pada masa awal pemompaan di sumur baru, minyak keluar disertai cairan dan zat lain yang digunakan selama pengeboran bersama air garam, yang berlimpah di atas lapisan batuan bawah tanah. Di sinilah ditemukan minyak mentah tanpa kandungan belerang, yang dicari-cari.

Akhirnya, zat aditif buatan pun menyusut, hanya meninggalkan air garam. Lima tangki setinggi bangunan tiga lantai di depan kami berisi minyak; tangki keenam berisi zat lainnya. Itulah alasan Connell ke tempat ini, untuk mengangkut air ke sumur pembuangan limbah.

“Jangan pingsan di depan saya ya,” ujar Connell, setengah bercanda. Kami menaiki tangga yang terjal menuju titian baja sempit, setinggi sembilan meter di atas permukaan tanah. Tetapi, bukan ketinggian itu yang ia maksud membuat pingsan.

Dia bercerita bahwa pada salah satu kesempatan pertamanya membuka pintu kecil di bagian atas tangki air kotor, dia diselubungi uap. “Saya jatuh berlutut.” Tidak seorang pun memperingatkannya tentang puluhan zat kimia di dalam air, termasuk hidrogen sulfida, H2S, yang baunya bagaikan telur busuk akibat ulah bakteri yang tumbuh di dalam sumur. Dalam konsentrasi yang cukup tinggi, zat itu bisa jadi racun, bahkan mematikan.

Ironisnya, gas itu menimbulkan risiko terbesar justru ketika sudah mematikan indra penciuman. Inilah pelajaran lain tentang keselamatan yang harus dipelajarinya sendiri. Akhirnya, ada yang memberinya detektor H2S. Alat ini dijepitkan ke kerah bajunya setiap kali dia mendekati sumur yang berubah cukup “asam”, sehingga membahayakan.

Sekali waktu, dia sedang memompa air kotor dari truk tangki ketika detektor berbunyi. Dia bergegas pergi, mengira telah lolos dari bahaya. Beberapa jam kemudian, perutnya terasa melilit, awal dari serangan muntah-muntah selama seminggu. Benda berikut yang dibelinya adalah masker gas

Genetika Dorong Ayam Jantan Berkokok di Pagi Hari


Para peneliti menyimpulkan bahwa ini sebagai bukti bahwa vokalisasi masuk ke dalam salah satu apa yang disebut dengan ritme sirkardian.

flu burung,ayam,genBringmetoneverland/Fotokita.net
Jika kita mendengar suara ayam jantan berkokok itu pertanda bahwa hari telah pagi. Namun, tahukah Anda apa yang menyebabkan ayam jantan selalu berkokok ketika pagi menjelang?
Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa ayam secara genetis diprogram untuk berkokok saat fajar menjelang. Penemuan ini sekaligus menjawab dan menjelaskan mengapa anjing menggongong dan kucing mengeong.
Sebelumnya belum pernah diketahui apa yang membuat ayam berkokok setiap pagi. Sebagian pihak menganggap bahwa itu adalah reaksi ayam jantan terhadap lingkungannya.
"Kukuruyuk, dikenal sebagai pertanda munculnya fajar di banyak negara. Namun belum jelas, apakah kokokan tersebut terjadi di bawah kendali jam biologis atau sebagai respon terhadap rangsangan eksternal," kata Takashi Yoshimura dari Universitas Nagoya, yang melakukan studi ini, Senin (18/3).
Demi mencari jawaban, Yoshimura bersama rekannya melakukan penelitian. Mereka mencoba meletakkan ayam jantan sepanjang waktu dengan pencahayaan lampu redup. Dari penelitian terungkap, tidak peduli apa yang terjadi, kenyataannya mereka tetap berkokok tepat saat fajar menjelang.

Ritme sirkardian adalah siklus 24 jam dalam proses fisiologis makhluk hidup, termasuk tumbuhan, hewan, jamur dan sianobakteria. Ritme ini penting untuk menentukan pola tidur dan pola makan hewan dan manusia. 
Dari penelitian tersebut para peneliti menyimpulkan bahwa ini sebagai bukti bahwa vokalisasi masuk ke dalam salah satu apa yang disebut dengan ritme sirkardian.
Kebanyakan tumbuhan dan manusia juga memiliki mekanisme internalisasi waktu tersebut. Itulah mengapa kita cenderung untuk melakukan aktivitas seperti makan, tidur, atau kegiatan lain di waktu yang seragam.
Sebagai konsekuensinya, kita menjadi sadar jadwal, tubuh kita memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki fungsi ritme sirkardian yang baik sering dikaitkan bahwa ia memiliki kesehatan yang baik pula. Hasil temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Current Biology.
"Kita masih belum mengetahui mengapa anjing mengeluarkan suara 'guk-guk' dan kucing 'meong'. Kami tertarik bahwa mekanisme ini dikontrol secara genetik dan percaya bahwa ayam telah menyuguhkan contoh yang sangat bagus,"

Bunuh Diri Umum Dilakukan Mikroba


mikroba,bakteriIlustrasi kehidupan mikroba. (Thinkstockphoto)

Bunuh diri seperti ini dianggap sebagai salah satu pilihan demi menyelamatkan kelangsungan hidup sesama.



Studi terdahulu membuktikan bahwa kehidupan mikroba seperti Escherichia coli melakukan aksi bunuh diri. Namun, penelitian terbaru yang muncul dalam jurnalProceedings of the Royal Society Bmenyatakan bahwa menyudahi hidup sendiri adalah praktek umum di kehidupan mikroskopik.
Menurut Rolf Kümmerli, salah satu penulis penelitian ini dan pengajar di University of Zürich, Jerman, sel-sel di E.coli akan bunuh diri saat mendeteksi adanya virus parasit pembunuh bakteria.
Protein di E.coli akan aktif saat terjadi serangan virus. Proses ini, ditambah dengan adanya protein lain, memicu pengeringan lubang membran di sel bakteri yang membuatE.coli nampak seperti menusuk diri sendiri.
"Akibatnya, cairan sel penting dan komponen menghambur keluar yang berujung pada kematian sel. Sel yang mati dianggap seperti karung berlubang," ujar Kümmerli.
Bunuh diri seperti ini dianggap sebagai salah satu pilihan demi menyelamatkan kelangsungan hidup sesama atau keluarga. Kümmerli memberi contoh saat ada orangtua yang berlari ke dalam lokasi kebakaran demi menyelamatkan anaknya.
"Hal ini menguntungkan karena anggota keluarga yang diselamatkan berbagi gen dengan si penolong," ujar Kümmerli.
Dalam kehidupan mikroba, perilaku mencabut nyawa sendiri menguntungkan bagi sesama. Sebab, kematian satu individu mikroba dapat mencegah transmisi parasit yang bisa menyebabkan kematian sel mikroba terdekat dengannya.
Bunuh diri juga sering ditemukan dalam kehidupan serangga yang cenderung sosial dan dalam populasi besar, seperti semut dan lebah. Beberapa jenis semut bahkan diketahui meledakan diri sendiri untuk mencegah penyusup menyerang saudara mereka.