Announcement

Kamis, 21 Maret 2013

Kenaikan Minyak


Ladang minyak baru meningkatkan pasokan bahan bakar AS. Apa risikonya?




Ketika Susan Connell tiba di sumur minyak pertama hari itu, dia melemparkan kacamata berbingkai hitamnya yang keren ke dasbor truk beroda 18-nya. Kemudian ia menarik ritsleting baju coverall tahan apinya sampai ke leher. Saat itu masih awal Juli, sekitar pukul 07.00 pagi.

Kami berada di Reservat Fort Berthold, di North Dakota sebelah barat. Connell, 39, ibu dua putri dan salah satu dari sedikit perempuan pengemudi truk besar di ladang minyak, bertugas mengangkut air. Istilah resminya, air produksi. Para pengemudi menyebutnya air kotor.

Pada masa awal pemompaan di sumur baru, minyak keluar disertai cairan dan zat lain yang digunakan selama pengeboran bersama air garam, yang berlimpah di atas lapisan batuan bawah tanah. Di sinilah ditemukan minyak mentah tanpa kandungan belerang, yang dicari-cari.

Akhirnya, zat aditif buatan pun menyusut, hanya meninggalkan air garam. Lima tangki setinggi bangunan tiga lantai di depan kami berisi minyak; tangki keenam berisi zat lainnya. Itulah alasan Connell ke tempat ini, untuk mengangkut air ke sumur pembuangan limbah.

“Jangan pingsan di depan saya ya,” ujar Connell, setengah bercanda. Kami menaiki tangga yang terjal menuju titian baja sempit, setinggi sembilan meter di atas permukaan tanah. Tetapi, bukan ketinggian itu yang ia maksud membuat pingsan.

Dia bercerita bahwa pada salah satu kesempatan pertamanya membuka pintu kecil di bagian atas tangki air kotor, dia diselubungi uap. “Saya jatuh berlutut.” Tidak seorang pun memperingatkannya tentang puluhan zat kimia di dalam air, termasuk hidrogen sulfida, H2S, yang baunya bagaikan telur busuk akibat ulah bakteri yang tumbuh di dalam sumur. Dalam konsentrasi yang cukup tinggi, zat itu bisa jadi racun, bahkan mematikan.

Ironisnya, gas itu menimbulkan risiko terbesar justru ketika sudah mematikan indra penciuman. Inilah pelajaran lain tentang keselamatan yang harus dipelajarinya sendiri. Akhirnya, ada yang memberinya detektor H2S. Alat ini dijepitkan ke kerah bajunya setiap kali dia mendekati sumur yang berubah cukup “asam”, sehingga membahayakan.

Sekali waktu, dia sedang memompa air kotor dari truk tangki ketika detektor berbunyi. Dia bergegas pergi, mengira telah lolos dari bahaya. Beberapa jam kemudian, perutnya terasa melilit, awal dari serangan muntah-muntah selama seminggu. Benda berikut yang dibelinya adalah masker gas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar