Announcement

Jumat, 14 Februari 2014

CBIS

Kelompok :     Albet Fernando           (1214023)
                        Dono Saksono             (1214017)
                        Eko Candra S.             (1214018)
                        Martua Sihotang         (1214022)

1.     Fokus Awal Pada Data
Aplikasi akutansi berbasis komputer ini disebut juga dengan pengolahan data elektronik (EDP). Sistem informasi akuntansi melaksanakan akuntansi perusahaan dengan aplikasi yang ditandai pengolahan data yang tinggi.

ü  Contoh SIA : Bank Dunia dimana bank dunia memberikan pinjaman kepada negara-negara miskin dan tentu saja menggunakan sistem informasi akutansi  dengan aplikasi pengolahan data yang tingi.

2.     Fokus baru pada informasi / SIM (Sistem Informasi Manajemen)
Sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi pemakai dengan kebutuhan yang serupa (Raymond McLeod, JR). Dan menurut Gordon B. Davis, SIM merupakan integrasi manusia dan mesin guna menyediakan informasi untuk mendukung fungsi operasional manajemen &pengambilan keputusan pada suatu organisasi.

ü  Contoh SIA: Sistem pada perusahaan deler motor,dimana satu deler dapat terhubung dengan deler yang lain salah satunya dalam hal persediaan barang.


3.     Fokus Revisi Pada Pendukung Keputusan (SPK)
Sistem Penunjang Keputusan (SPK) merupakan sistem komputer yang interaktif yang membantu pembuat keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data & model untuk memecahkan masalah yang tidak terstuktur.

ü  Contoh SIA : Program MYCIN yang digunakan beberapa rumah sakit untuk mengedentifikasi penyakit yang berasal dari bakteri pada tubuh manusia dan memberikan rekomendasi antibiotik khusus
4.     Fokus Kini pada Komunikasi (Otomatisasi Perkantoran) / OA (Office Automation)
Semua sistem elektronik formal dan informal terutama yang berkaitan dengan komunikasi informasi.

ü  Contoh SIA : nilai kurs mata uang yang pada setiap detiknya dapat berubah dengan cepat sehinga sangat di butuhkan pemantauan informasi sacara terkini.

5.     Fokus Potensial pada Konsualtasi (Sistem Pakar)
Program komputer yang berfungsi seperti manusia yaitu memberikan konsultasi kepada pemakai mengenai cara pemecahan masalah.

ü  Contoh SIA : Alaram kebakaran pada sebuah gedung,dimana sistem alaram tersebut apabila terdeteksi titik api maka secara otomatis akan memberi tanda berupa peringatan dalam bentuk suara.

Makalah Pembinaan Nilai-nilai Pancasila dalam Generasi Masa Kini


BAB. I . PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Bangsa dan negara Indonesia terdiri dari berbagai macam unsur yang membentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan golongan serta agama yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuaan.  Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, kemudian oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam satu rumusan yang sederhana namun mendalam, yaitu Pancasila.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat internasional. Dengan kata lain bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme serta rasa kebangsaan yang kuat agar setiap generasinya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Jadi, secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena berdasarkan nilai-nilai yang sudah ada, agar tercipta dan tercermin nilai-nilai Pancasila dalam generasi muda masa kini, perlu dilakukan berbagai cara agar mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap diri generasi muda masing-masing. Sehingga, generasi muda sekarang menjadi teladan bagi generasi-generasi berikutnya.

B.    Rumusan Masalah
1.     Apa itu ketahanan nasional dan nilai-nilai karakter bangsa
2.     Rendahnya Tingkat Kesadaran Ideologi Bangsa
3.     Belum dikembangkannya landasan pedagogis untuk menanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai karakter bangsa
4.     Belum adanya kolaborasi antar komponen bangsa dalam upaya menanamkan kesadaran nilai-nilai karakter bangsa

C.    Tujuan Menulis 
1.     Mengetahui mengenai ketahanan nasional dan nilai-nilai karakter
2.     Mengetahui rendahnya Tingkat Kesadaran Ideologi Bangsa
3.     Mengetahui belum dikembangkannya landasan pedagogis untuk menanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai karakter bangsa
4.     Mengetahui belum adanya kolaborasi antar komponen bangsa dalam upaya menanamkan kesadaran nilai-nilai karakter bangsa

BAB.II. PEMBAHASAN
Pembahasan
1.     Apa itu ketahanan nasional dan nilai-nilai karakter bangsa
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan, baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Ketahanan nasional dirumuskan ke dalam  delapan subsistem (Astagatra) yang meliputi gatra alamiah (kondisi geografis, demografi dan sumber kekayaan alam) dan gatra sosial  (ideologi, politik, sosial dan budaya, serta pertahanan keamanan) yang merupakan satu kesatuan.  Salah satu aspek yang terdapat dalam ketahanan nasional gatra sosial tersebut disebut ideologi. Ketahanan pada aspek ideologi dimaksudkan untuk membentengi masyarakat terhadap segala pengaruh ideologi baik dari luar maupun yang datang dari dalam yang dapat menghambat pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia berfungsi mengarahkan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya sehingga perannya sangat penting dalam kehidupan negara. Pemahaman dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila mutlak diperlukan sebagai syarat dasar dalam upaya mempersatukan tekad dan semangat untuk menjaga kelestarian hidup bangsa dan Negara serta konsisten terhadap cita-cita dan tujuan bangsa yang telah ditetapkan.
Untuk mendukung terjaminnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ideologi yang sesuai dengan landasan bangsa dalam masyarakat, ketahanan pada aspek ideologi menjadi sangat penting untuk selalu dijaga setiap saat.  Ketahanan pada aspek ideologi merupakan salah satu unsur yang mendukung ketahanan nasional secara langsung. Sebagaimana diketahui, bahwa dalam ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai karakter bangsa terdiri dari ketuhanan, keilmuan dan kebangsaan.  Adanya keterjaminan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ketuhanan, keilmuan dan kebangsaan merupakan wujud nyata dari kondisi ketahanan nasional yang baik.
Karakter merupakan watak, tabiat, ahlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Menurut Rachman (2001) karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang telah dia tetapkan.
Karakter berintikan nilai-nilai yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai merupakan standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup dan bagaimana memperlakukan orang lain. Sehingga nilai-nilai dapat dikatakan sebagai acuan bagi seluruh diri dan perilaku keseharian baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Jadi pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. 
Lingkungan sosial dan budaya bangsa Indonesia adalah Pancasila.  Jadi karakter bangsa haruslah berdasarkan pada nilai-nilai dasar dari Pancasila. Dengan kata lain, pembinaan karakter bangsa berarti mengembangan nilai-nilai dasar Pancasila yang berisi tiga nilai dasar : ketuhanan, keilmuan dan kebangsaan pada diri setiap generasi muda melalui cita, rasa dan karsa. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Ketahanan nasional bangsa akan tetap dan semakin kokoh apabila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Makna kualitas disini, mengandung arti berkualitas dalam hard skill maupun soft skill. Hard skill merupakan kemampuan teknis yang dapat terlihat wujudnya yang dapat dikuasai melalui penguasaan intelektual dan ketrampilan. Sedangkan soft skillmerupakan kemampuan non teknis yang tidak terlihat wujudnya yang sangat diperlukan dalam membangun karakter seseorang.  Pencapaian soft skill harus melalui pendekatan pembinaan sikap yang dilaksanakan terus menerus dan berkelanjutan. Perkembangan soft skill harus seirama dengan hard skill yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai fakta yang ada, dapat disimpulkan bahwa mayoritas bangsa utamanya generasi muda, secara umum telah mengalami degradasi nilai-nilai karakter bangsa. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi semakin tergerusnya nilai-nilai karakter bangsa, antara lain:
 Faktor Internal.  Pengaruh internal merupakan pengaruh yang berasal dari diri pribadi, berkaitan dengan perspektif diri pribadi dalam memaknai nilai-nilai yang diyakininya. Ketika diri pribadi memiliki persepsi yang salah terhadap nilai-nilai yang diyakininya, maka perilaku yang muncul pasti akan menyimpang dari nilai-nilai tersebut. Demikian pula sebaliknya, ketika diri pribadi memiliki persepsi yang  yang benar tentang nilai-nilai karakter yang diyakininya, maka perilaku yang muncul pasti akan sesuai dan berbanding lurus dengan nilai-nilai tersebut.
Faktor Eksternal.  Pengaruh eksternal biasanya berasal dari lingkungan eksternal, seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, media massa, lembaga agama, dll. Pengaruh dari lingkungan eksternal tersebut bisa merubah perspektif diri pribadi dalam memaknai nilai-nilai yang diyakininya. Pengaruh eksternal tersebut dapat semakin memperkokoh nilai-nilai karakter yang diyakini atau bahkan justru menghancurkannya. Dalam Karakter bangsa juga memiliki nilai-nilai bangsa antara lain :
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

2.     Rendahnya Tingkat Kesadaran Ideologi Bangsa
Pengertian Ideologi Menurut para Ahli Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ideas". Pengertian ideologi dapat dianggap sebagai visi yang luas, sebagai cara memandang segala sesuatu. Pengertian Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi intisari politik. Secara umum,Pengertian ideologi diartikan sebagai suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.Kesadaran terhadap ideologi bangsa harus dibangkitkan dan ditingkatkan. Nilai-nilai utama Pancasila yang berisi nilai-nilai ketuhanan, keilmuan dan kebangsaan harus ditanamkan, dipupuk dan disemai dalam jiwa segenap generasi muda sedini mungkin melalui berbagai upaya yang dilakukan secara terprogram, bertahap dan berkesinambungan. Generasi muda harus memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap ideologi bangsa yaitu Pancasila. Dengan tingginya tingkat kesadaran terhadap ideologi Pancasila, generasi muda akan mampu memainkan peranannya dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia akan mampu bangkit kembali menjadi bangsa yang besar dan disegani oleh negara-negara lainnya di dunia. Untuk mencapai kondisi tingkat kesadaran ideologi bangsa yang tinggi maka perlu upaya-upaya dari Pemerintah melalui kementerian yang dipimpinnya untuk semakin menggalakkan peningkatan kesadaran ideologi melalui berbagai upaya pembinaan karakter seperti : penyelenggaraan pendidikan dan latihan, penataran, workshop, seminar, diskusi, dll.  Sosialisasi ideologi Pancasila juga perlu dilakukan melalui panayangan di berbagai media massa, baik cetak maupun media elektronika lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika generasi muda bangsa Indonesia memiliki tingkat kesadaran ideologi bangsa yang tinggi maka ketahanan nasional juga akan semakin kokoh.
3.     Belum dikembangkannya landasan pedagogis untuk menanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai karakter bangsa
Bangsa Indonesia perlu mengembangkan landasan  pedagogis untuk menanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Selama ini landasan pedagogis pendidikan karakter masih mengacu pada nilai-nilai budaya dan karakter dari bangsa asing yang bercorak pragmatis, sekuler, atau sosialisme. Bangsa Indonesia perlu menggali kembali nilai-nilai luhur dari kebudayaan asli yang dimilikinya atau dapat pula mengakulturasikan dengan kebudayaan yang berasal dari bangsa lain asalkan kebudayaan tersebut sesuai dan seiring dengan kebudayaan bangsa Indonesia.  Bangsa Indonesia sebenarnya memiliki banyak tokoh pendidikan yang dapat menjadi panutan dalam menghasilkan teori-teori pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, KH. Akhmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, dr. Soetomo, dll. Melalui pemikiran tokoh-tokoh pendidikan tersebut bangsa Indonesia sebenarnya telah memiliki beragam jenis teori pendidikan yang seiring dengan kondisi alam dan  beragamnya kultur atau budaya yang dimilikinya. Oleh karena itu Pemerintah yang dipelopori oleh Kemendiknas perlu mengembangkan landasan pedagogis untuk menanamkan kesadaran nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.  Landasan pedagogis yang dikembangkan harus mengacu pada nilai-nilai luhur dari budaya dan karakter bangsa Indonesia sendiri.  Apabila landasan pedagogis telah terumuskan, maka perlu ditindaklanjuti dengan ujicoba di lapangan dan langsung dievaluasi dampak atau hasilnya. Ujicoba dilaksanakan melalui siklus penciptaan dan revisi, serta merupakan proses berkelanjutan untuk menghasilkan pemecahan masalah dan temuan-temuan metode pendidikan yang baru. Apabila hasil ujicoba memberikan dampak yang positif, maka landasan pedagogis tersebut dapat diterapkan dan ditetapkan sebagai salah satu sistem pendidikan yang mengajarkan pendidikan karakter bercorak ke-Indonesiaan.
4.     Belum adanya kolaborasi antar komponen bangsa dalam upaya menanamkan kesadaran nilai-nilai karakter bangsa
Kolaborasi antar komponen bangsa yang terdiri dari : orang tua, masyarakat, lembaga pendidikan, media massa, dan lembaga agama harus segera diwujudkan, sehingga tercapai kesamaan visi dan misi dalam menanamkan kesadaran nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Masing-masing tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, karena masing-masing memiliki ketergantungan antara yang satu dengan yang lain.  Masing-masing komponen bangsa harus saling berkolaborasi  dengan menekankan pada kerjasama yang saling menguntungkan. Masing-masing komponen bangsa harus menyatu membangun kekuatan dalam kebersamaan, saling peduli, saling mendukung dan bekerja sama dalam meraih keberhasilan yaitu membangun kesadaran nilai-nilai karakter bangsa khususnya generasi muda. Antar komponen bangsa seperti : orang tua, keluarga, masyarakat, media massa dan lembaga pendidikan perlu menjalin kolaborasi yang saling menguntungkan dalam upaya menanamkan kesadaran nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Untuk itu perlu upaya penyamaan visi dan misi dalam menangani masalah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
Apabila ketiga permasalahan yang mendasar tersebut dapat dipecahkan melalui upaya pembinaan karakter yang terprogram dan terus menerus, maka ketahanan nasional yang kokoh akan dapat tercapai.  Ketercapaian ketahanan nasional bangsa  pada gilirannya akan mampu  meningkatkan kesejahteraan, kebudayaan dan peradaban bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan disegani oleh negara-negara di dunia.
Sejarah telah membuktikan bahwa hanya manusia yang berbudaya dan beradab, taat pada nilai-nilai ajaran agamanya, menguasai dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah kehidupan, cinta tanah air dan bangsa, akan mampu berkembang menjadi manusia yang terampil dan unggul, karena memiliki produktifitas, dan daya saing yang tinggi.  Masyarakat dengan SDM yang unggul tersebut akan semakin meningkatkan dan mempertahankan peradaban yang telah dicapai, yang sejahtera dan berkeadilan.

BAB.III. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Degradasi karakter bangsa khususnya generasi muda yang kini dalam kondisi yang memprihatinkan dapat diatasi melalui upaya pembinaan karakter generasi muda yang terprogram, bertahap dan berkelanjutan.  Nilai-nilai karakter yang dibina harus selalu mengacu pada nilai-nilai dasar Pancasila yang terdiri dari nilai-nilai ketuhanan, keilmuan dan kebangsaan. Untuk penanaman, pemahaman, dan penguasaan terhadap nilai-nilai tersebut diperlukan landasan pedagogis yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta memerlukan kolaborasi yang harmonis antar komponen bangsa yang meliputi: orang tua, lembaga pendidikan, lembaga agama, media massa, dll.  Keberhasilan didalam pembinaan karakter akan dapat  meningkatkan sumber daya manusia yang pada gilirannya akan mampu  memperkokoh ketahanan nasional bangsa Indonesia.

B.    Sasaran
Semoga dengan adanya makalah ini, masyarakat semakin mengerti betapa pentingnya pembinaan nilai-nilai pancasila dalam generasi masa kini agar gerenasi yang di kemudian hari menjadi lebih baik lagi dari generasi sebelumnya sehingga terciptanya nilai-nilai pancasila dalam setiap diri generasi berikutnya. Semoga dengan adanya pembinaan nilai-nilai pancasila menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang berpedoman pada pancasila dan menghayati setiap sila yang tertuang di dalam pancasila.


Daftar Pustaka
·       Amori, A. 2007. Game Object  Model Version II: a Theoritical Framework for Educational Game Development, Educational Technology Research & Development, 55 (10): 51-77.
Darmodiharjo,dkk. 1984. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
·       Dahlan.1998. Tantangan P4 Abad 21: Globalisasi Wawasan dan Informasi. Makalah disajikan dalam penataran bagi calon penatar P4 Konstekstual (Pola 144 Jam) Angkatan V, Surabaya: 23 Pebruari 1998.
·       Rachman, M. 2001. Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Dalam Keterpaduan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.


Topologi

Macam-macam Topologi Jaringan :
  1. Topologi Bus
  2. Topologi Ring/cincin
  3. Topologi Star/bintang
  4. Topologi Pohon
  5. Topologi Mesh

  1. Topologi Bus adalah yang paling sederhana dari topologi jaringan . Dalam tipe topologi ini, semua node (komputer serta server) yang terhubung ke kabel tunggal (disebut bus), dengan bantuan konektor antarmuka. Ini kabel sentral adalah tulang punggung jaringan dan dikenal sebagai Bus (demikian nama). Setiap workstation berkomunikasi dengan perangkat lain melalui Bus ini. 

    Sebuah sinyal dari sumber yang disiarkan dan perjalanan ke semua workstation yang terhubung ke kabel bus. Meskipun pesan disiarkan tetapi hanya penerima yang dituju, yang MAC address atau alamat IP pertandingan, menerimanya. Jika alamat MAC / IP dari mesin tidak sesuai dengan alamat yang dituju, mesin membuang sinyal. 

    Sebuah terminator ditambahkan pada ujung kabel pusat, untuk mencegah memantul dari sinyal. Sebuah konektor barel dapat digunakan untuk memperluasnya. Di bawah ini saya telah memberikan diagram dasar dari topologi bus dan kemudian telah membahas keuntungan dan kerugian dari Bus Topologi Jaringan 
  1. Dalam Topologi Ring, semua node yang terhubung satu sama lain-sedemikian rupa sehingga mereka membuat loop tertutup. Setiap workstation terhubung ke dua komponen lainnya di kedua sisi, dan berkomunikasi dengan kedua tetangga yang berdekatan. Data perjalanan di seluruh jaringan, dalam satu arah. Mengirim dan menerima data berlangsung dengan bantuan TOKEN. 

    Passing Token : Token berisi sepotong informasi yang bersama dengan data yang dikirim oleh komputer sumber. Token ini kemudian melewati ke node berikutnya, yang memeriksa apakah sinyal dimaksudkan untuk itu. Jika ya, menerima dan melewati kosong untuk masuk ke jaringan, atau melewati tanda bersama dengan data ke node berikutnya. Proses ini berlanjut sampai sinyal mencapai tujuan yang diinginkan. 
    Node dengan Token adalah orang-orang hanya diperbolehkan untuk mengirim data. Node lain harus menunggu token kosong untuk menjangkau mereka. Jaringan ini biasanya ditemukan di kantor-kantor, sekolah, dan bangunan kecil. 


  1. Dalam topologi Bintang, semua komponen jaringan yang terhubung ke perangkat pusat yang disebut "hub" yang mungkin hub, router atau switch. Tidak seperti Bus topologi (dibahas sebelumnya), di mana node yang terhubung ke kabel utama, di sini semua workstation yang terhubung ke perangkat sentral dengan koneksi point-to-point. Jadi dapat dikatakan bahwa setiap komputer tidak langsung terhubung ke setiap node lain dengan bantuan "hub". 

    Semua data pada topologi star melewati perangkat sentral sebelum mencapai tujuan. Hub bertindak sebagai persimpangan untuk menghubungkan node yang berbeda hadir dalam Jaringan Star, dan pada saat yang sama mengelola dan mengontrol seluruh jaringan. Tergantung pada perangkat pusat digunakan, "hub" dapat bertindak sebagai repeater atau penguat sinyal. Perangkat pusat juga dapat berkomunikasi dengan hub lain dari jaringan yang berbeda. Unshielded Twisted Pair (UTP) Kabel Ethernet digunakan untuk menghubungkan workstation ke node pusat. 

  1. Pohon Topologi mengintegrasikan karakteristik Star dan Topologi Bus. Sebelumnya, kita melihat bagaimana di Physical Bintang Topologi jaringan, komputer (node) yang terhubung oleh satu sama lain melalui hub pusat. Dan kita juga melihat di Bus Topologi, kerja perangkat stasiun dihubungkan oleh kabel umum yang disebut Bus. Setelah memahami dua konfigurasi jaringan, kita dapat memahami topologi pohon yang lebih baik. Dalam Topologi Pohon, jumlah jaringan bintang yang terhubung dengan menggunakan Bus. Ini kabel utama tampaknya seperti batang utama pohon, dan jaringan bintang lain sebagai cabang. Hal ini juga disebut Expanded Topologi Star. Protokol Ethernet umumnya digunakan dalam tipe topologi ini. Diagram di bawah ini akan membuat jelas. 

5.   Dalam mesh topologi jaringan, masing-masing node jaringan, komputer dan perangkat lainnya, saling berhubungan dengan satu sama lain. Setiap node tidak hanya mengirimkan sinyal sendiri tetapi juga data relay dari node lain. Bahkan sebuah topologi mesh benar adalah satu di mana setiap node terhubung ke setiap node lain dalam jaringan. Jenis topologi sangat mahal karena ada koneksi berlebihan banyak, sehingga tidak banyak digunakan dalam jaringan komputer. Hal ini umumnya digunakan dalam jaringan nirkabel. Banjir atau teknik routing digunakan dalam topologi mesh. 

1) Topologi Mesh Lengkap: -


Mesh Topologi Diagram
Dalam hal ini, seperti jala yang benar, setiap komponen terhubung ke setiap komponen lainnya. Bahkan setelah mempertimbangkan faktor redundansi dan biaya jaringan ini, keunggulan utamanya adalah bahwa lalu lintas jaringan dapat diarahkan ke node lain jika salah satu node turun. Topologi mesh penuh hanya digunakan untuk jaringan backbone. 


2) Partial Mesh Topologi: -


Ini jauh lebih praktis dibandingkan dengan topologi mesh penuh. Di sini, beberapa sistem yang terhubung dalam cara yang sama seperti dalam topologi mesh sementara beristirahat dari sistem yang hanya terhubung ke 1 atau 2 perangkat. Hal ini dapat dikatakan bahwa di mesh parsial, workstation adalah 'tidak langsung' terhubung ke perangkat lain. Yang satu ini lebih murah dan juga mengurangi redundansi. 

Fenomenologi Agama (Tanjung Sakti

BAB. I . PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Besemah adalah salah satu suku di provinsi Sumatera-selatan tepatnya di daerah Tanjung Sakti. Suku besemah adalah suku Melayu dan daerahnya sangat luas terdiri dari Aceh Timur, Medan, Hamparan Perak Riau, Siak, Pagar Ruyung, Jambi, Palembang,  Lampung Ranau, Hingga daerah Bengkulu Selatan. Adat dan bahasa suku besemah yang digunakan masih cukup kental dan kepercayaan akan mitos sangat kuat karena belum banyak perubahan dari turun-temurun.
Gereja Santo Mikhael di Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, merupakan Gereja tertua di Sumatera Selatan. Gereja ini bagi Umat katolik merupakan yang tertua di Sumsel dan sebagai gereja misionaris untuk wilayah Sumbagsel. Sejak dibangun tahun 1898 hingga kini belum pernah dilakukan perbaikan atau rehab total, bangunannya masih sangat baik.
Jadi, Secara historis bahwa sejarah suku besemah, adat-istiadat serta gereja tertua di Sumatera Selatan merupakan harta yang berharga dan menjadi momentum dalam dunia sejarahwan untuk melestarikan budaya besemah dan tetap mempertahankan agama yang telah ada yaitu agama Katolik dan Islam di masa kini dan masa depan agar generasi-generasi berikutnya menjadi lebih baik dan tetap melestarikan budaya yang telah ada.

B.    Rumusan Masalah
1.     Mengenal sejarah budaya Pasemah dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam budaya pasemah
2.     Bagaimana budaya pasemah berhadapan dengan perkembangan zaman
3.     Bagaimana budaya pasemah dihayati dan dipraktekan oleh masyarakat di zaman ini.
4.     Bagaimana hubungan budaya pasemah dengan agama-agama yang ada di tengah masyarakat
5.     Tantangan budaya pasemah di kemudian hari

C.    Tujuan Menulis 
1.     Mengetahui sejarah budaya Pasemah dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam budaya pasemah
2.     Mengetahui budaya pasemah berhadapan dengan perkembangan zaman
3.     Megetahui budaya pasemah dihayati dan dipraktekan oleh masyarakat di zaman ini.
4.     Megetahui hubungan budaya pasemah dengan agama-agama yang ada di tengah masyarakat
5.     Megetahui Tantangan budaya pasemah di kemudian hari

BAB.II. PEMBAHASAN
Pembahasan
1.     Mengenal sejarah budaya besemah dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam budaya pasemah
Besemah merupakan negeri yang merdeka dan belum tersentuh oleh kekuatan asing (Hindia Belanda). Operasi-operasi militer untuk menaklukan daerah ini menurut Johan Hanafiah, seorang Sejarawan terkemuka di Sumatera Selatan berlangsung hampir 50 tahun lamanya. Ekspedisi militer Belanda sendiri mulai dilakukan dari tahun 1821-1867. Orang besemah dalam pandangan kaum kolonial dicitrakan sebagai kelompok masyarakat yang cenderung stereotype seperti kesan sebagai orang liar, tidak beradab sebagaimana ilustrasi mereka mengenai orang besemah seperti dibawah ini: “Itulah sebabnya orang Besemah berpenampilan khas seperti yang kita dapati sekarang : suatu bangsa yang kasar, memiliki pikiran-pikiran yang terbatas banyaknya mengenai kebebasan, tak pernah berkembang secara intelektual dan hanya memiliki pengetahuan tentang pertanian.”
Dalam peta kolonial Belanda daerah Besemah merupakan wilayah yang berada diantara Karesidenan Palembang dan wilayah Asisten Residen Bengkulu, dimana dibagian selatan dan barat daya berbatasan dengan afdeeling Manna, Tallo dan Besemah Ulu Air Keruh (masuk wilayah Bengkulu). Dibagian barat dan utara dengan daerah Rejang, Ampat Lawang dan Kikim serta di timur dan tenggara yakni daerah Mulak Ulu, Semendo Darat dan Semendo Ulu Luas, yang kesemuanya masuk wilayah Palembang. Daerah Besemah sendiri terdiri dari Besemah Lebar, Besemah Ulu Lintang, Besemah Ulu Manna dan Besemah Ulu Keruh.
Besemah yang kita kenal sekarang, sebenarnya lebih merupakan kesalahan pengucapan orang Belanda, demikian menurut Muhammad Saman seorang budayawan dan sesepuh disana. Sedangkan penduduk setempat menyebut diri mereka sebagai “orang Besemah”. Legenda tentang asal usul orang Besemah, menyebutkan seorang tokoh sakti yang dianggap sebagai leluhur mereka-puyang Atong Bungsu-karena keterkejutan melihat banyak ikan “semah” di sebuah sungai yang mengalir di lembah Dempo.
Orang Besemah memiliki ciri fisik dan karakter yang berbeda dengan orang Melayu disekitarnya. Gramberg menyebutkan setidaknya ada 2 anasir asing yang memiliki pengaruh kuat disini, yakni pengaruh Jawa dan Lampung, seperti terlihat dalam aspek lingustiknya. Gramberg juga menggambarkan adanya perbedaan yang mencolok antara orang Besemah dengan orang Melayu di dataran tinggi yang tinggal disekitarnya, menurutnya orang Besemah sudah memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dalam lapangan pertanian (persawahan). ketimbang penduduk lokal lainnya yang masih bersifat primitif (berladang).
Dari perspektif geo-politik masa pra kolonial, daerah Besemah bersama Rejang menjadi semacam bufferstate-daerah penyangga- yang memisahkan antara pengaruh Banten di daerah Bengkulu dan Majapahit di Palembang. Kemudian pada masa kekuasaan Kesultanan Palembang daerah ini dimasukan kedalam wilayah pemerintahan daerah pedalaman (ulu). Posisi Besemah relatif otonom dan memiliki kedaulatan untuk mengatur wilayahnya, sebagai daerah Sindang mereka tidak dibebani untuk membayar pajak ataupun upeti kepada penguasa Kesultanan Palembang. Akan tetapi mereka berkewajiban membantu kesultanan untuk menjaga ketertiban dan keamanan di daerah perbatasan, sebagaimana digambarkan oleh Roo De Faille dibawah ini:
Orang Pasemah bukan semata-mata orang-orang bawahan, mereka lebih merupakan kawan-kawan seperjuangan dari Sultan yang dilindunginya, meskipun mereka, seperti terbukti dari piagam Susuhunan Ratu, telah menerima penjagaan batas (sindang) sebagai tugas dan mengikat diri untuk mentaati beberapa peraturan yang menunjuk kepada pengakuan daripada kekuasaannya.

Struktur pemerintahan tradisional Besemah memiliki kekhususan dibanding daerah Sumatera Selatan yang lebih kita kenal dengan sistem pemerintahan marga, disini dijumpai apa yang disebut sistem sumbai, yang keberadaanya erat dengan struktur masyarakatnmya, sumbai barangkali identik dengan pengertian suku seperti di Minangkabau atau marga di Batak. Sumbai didasarkan pada sistem patrilineal, diwariskan dari garis keturunan ayah, setidaknya ada 6 sumbai yang pernah dikenal dalam sejarah Besemah, yakni antara lain: Sumbai Besar, Sumbai Ulu Lurah, Sumbai Pangkal Lurah (termasuk Tanjung Raya), Sumbai Mangku Anom, Sumbai Semidang dan Sumbai Penjalang.
Keenam sumbai merupakan kesatuan yang bersifat federatif yang disebut “Lampik Empat Mardika Dua”, maksudnya keempat sumbai pertama mengakui kekuasaan Sultan dengan suatu piagam antara Sultan dengan Lampit Ampat, sedangkan Sumbai Penjalang dan Semidang posisinya tidak bawah kekuasaan Sultan (merdeka) dan baru pada tahun 1886 jatuh ketangan Belanda. Ketika karakter sumbai yang semula didasarkan pada ikatan genealogis, ketika Belanda mencoba melakukan perubahan dengan unit pemeritahan yang lebih bersifat teritorial, pada akhirnya justru menghasilkan kekaburan dalam kepemimpinan formal masyarakat Besemah.
Dalam struktur ekonomi kolonial, daerah Besemah merupakan sentra penghasil produk pertanian yang memiliki nilai ekspor tinggi seperti kopi. Pada masa ini berkembang onderneming seperti Besemah Estate yang pernah menghasilkan rekor tertinggi produksi kopi pada dekade kedua awal abad ke-20 sebanyak 14.000 ton. Bahkan komoditas kopi lebih dikenal dulu oleh masyarakat setempat ketimbang karet yang mengalami booming pada periode selanjutnya.
Dan yang tidak boleh kita lupakan bahwa Besemah merupakan salah satu tempat di Indonesia yang mempunyai tempat khusus dalam studi arkeologi sehubungan dengan banyak tinggalan benda-benda pra sejarah, sebagaimana tulisan Peter Bellwood yang memasukan Besemah sebagai penghasil bangunan megalith terpenting yang menarik perhatian para arkeolog sejak tahun 1950.

Pada 1 September 1888, Pastor Johannes van Meurs membuka dua sekolah di Tanjung Sakti. Sampai tahun 1890, di Tanjung Sakti terdapat 8 orang katolik semuanya orang-orang pribumi. Pada April 1891, Pastor Johannes van Meurs meninggalkan Tanjung Sakti karena sakit keras. Pada 8 Agustus 1891, ia meninggal dunia di Sukabumi.
Pada Juni 1891, Pastor Leonardus Jennissen, imam Jesuit, datang ke Tanjung Sakti meneruskan karya misi dari Pastor Johannes van Meurs. Seorang bruder Jesuit, Bruder Jacobus Verster juga datang ke Tanjung Sakti. Bruder ini mengelola sekolah-sekolah yang sudah dibuka dan membangun sebuahgereja kecil di Tanjung Sakti. Tahun 1898, di Tanjung Sakti terdapat 325 orang katolik yang sudah dibaptis dan Tanjung Sakti sudah menjadi paroki sendiri. Paroki ini sempat ditinggalkan sementara oleh Pastor Leonardus Jennissen yang pindah ke Padang. Pada tahun 1901, Pastor Leonardus Jennissen dapat kembali lagi ke Tanjung Sakti. Beberapa imam Jesuit yang melayani Sungai Selan sempat mengunjungi Tanjung Sakti untuk sementara dalam perjalanan pastoral ke Palembang. Tahun 1902, Pastor Arnoldus Korstenhorst yang mengunjungi umat Katolik di Palembang, meneruskan perjalanannya ke Tanjung Sakti. Pada tahun 1904, Mgr. Wilhelmus Staal,Vikaris Apostilik Batavia, mengunjungi Tanjung Sakti untuk menerimakan Sakramen Krisma dan membaptis beberapa orang Katolik. Ia tinggal selama lima hari di Tanjung Sakti, kemudian meneruskan perjalanannya ke Bengkulu. Dari Tanjung Sakti, Pastor Leonardus Jennissen juga melayani daerah-daerah lain di sekitarnya seperti Muara Enim dan Bengkulu. Tahun 1910, jumlah umat Katolik di Tanjung Sakti sekitar 600 orang.
Pada 27 Desember 1923, Vatikan mendirikan PrefekturApostolik Bengkulu dengan pusatnya di Tanjung Sakti. Prefektur Apostolik Bengkulu melayani seluruh wilayah Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Jambi; luasnya 5,5 kali luas Belanda Imam-imamSCJ dipercaya menangani PrefekturApostolik Bengkulu. Untuk membuka misi, Provinsi SCJ Belanda mengutus 3 misionaris yaitu Pastor Henricus van Oort, Pastor Carolus van Stekelenburg, dan Bruder Felix van Langenberg. Seorang imam SCJ yang berkarya di Kongo yaitu Pastor Henricus Smeets diangkat sebagai PrefekturApostolik Bengkulu yang pertama.  PrefekturApostolik Bengkulu  baru memiliki sekitar 500 orangKatolik ketika pertama kali didirikan.
Gereja ini bagi Umat katolik merupakan yang tertua di Sumsel dan sebagai gereja misionaris untuk wilayah Sumbagsel. Sejak dibangun tahun 1898 hingga kini belum pernah dilakukan perbaikan atau rehab total, bangunannya masih sangat baik.
Gereja Santo Mikhael pertama kali dibangun oleh Pastor Jan Van Kamper SCJ untuk penyebaran agama Kristen di Sumsel. Gedung untuk ibadat ini dibangun pada 19 September 1898. Gereja ini pada zaman penjajahan Jepang pernah terhenti aktivitasnya karena digunakan menjadi gudang, tetapi setelah itu kembali difungsikan.
Ukuran gereja pertama kali dibangun sekitar 5 x 9 meter di atas lahan kurang dari seperempat hektar, dibangun dengan semipermanen menggunakan kayu terbaik. Sampai saat ini sudah 115 tahun kondisi bangunannya masih utuh dan belum pernah dilakukan pergantian.
Kayu yang digunakan untuk membuat gereja juga khusus diambil dari jenis kualitas nomor satu atau lebih dikenal oleh masyarakat lokal dengan kayu tenam, lagan, atau cemaro.

Gereja ini seolah hanya memiliki nilai sejarah, mengingat jemaatnya banyak berkurang, hanya tinggal sekitar 60 orang. Sedangkan pasturnya paling lama menjabat, yaitu Bruder Jacobus Zinken sekitar 30 tahun. Baru digantikan oleh pastor berkewarganegaraan Indonesia.
Tanjung Sakti memiliki banyak peninggalan sejarah termasuk gereja, tugu pahlawan, dan beberapa bangunan pada masa perjuangan. Namun, kondisinya kurang terpelihara dengan baik.
Fenemena legenda, religi, mitos, atau magi dalam budaya pasemah dan keyakinan dasar apa yang melatarbelakanginya.

2.     Bagaimana budaya besemah berhadapan dengan perkembangan zaman
Budaya besemah memiliki berbagai macam adat istiadat dan ada istiadat itu sendiri adalah segala bentuk kesusilaan dan kebiasaan orang PASMAH (Besemah) yang menjadi dasar perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Adat istiadat berisikan mengenai :
1.     Adat istiadat yang  tidak mempunyai akibat hukum atau reaksi adat (upacara hukum, dan adat sopan santun)
2.     Adat istiadat yang mempunyai akibat hukum yang disebut hukum adat (pelanggaran-pelanggaran)
Adat istiadat menjadi dasar kehidupan orang-orang besemah itu sendiri, tentunya banyak tantangan yang dihadapankan pada masyarakat besemah. Dengan adanya era globalisasi ini menjadi jawaban dan tantangan suku besemah di saat ini dan di masa yang akan datang. Adanya globalisasi tentu memiliki dampak tersendiri bagi masyarakat dan setiap pribadi, tinggal kita sendiri yang melakukan dan memilih mana yang baik dan buruk. Perkembangan zaman membuat adat besemah menjadi sedikit di lupakan oleh anak muda yang berada di desa besemah, tetapi aturan tetap aturan dan harus ditegakan agar tidak terjadi tindakan yang merugikan budaya besemah dan masyarakat. Perkembangan zaman membawa masyarakat besemah semakin maju dan berkembang dari infrastrukur pedesaan, jembatan, jalan raya dan lain-lain, sehingga masyarakat besemah di permudah dalam melakukan pekerjaan dan menjalankan aktivitas mereka. Perkembangan zaman tidak membuat masyakat besemah sulit untuk beradaptasi dengan keadaan zaman sekarang, tetapi membuat masyarakat besemah semakin maju dari zaman-zaman sebelumnya.
3.     Bagaimana budaya besemah dihayati dan dipraktekan oleh masyarakat di zaman ini.
Budaya besemah memang sudah menjadi tradisi dari turun-temurun, sampai saat ini budaya besemah tidak luntur dan tidak ada perubahaan yang sangat besar di dalam aturan adat-istiadat. Budaya besemah sungguh di hayati dan dipraktekan oleh masyarakat besemah dan menjadi aturan dalam berprilaku dan bergaul antar sesama.
Adapun beberapa hukum adat yang ada di daerah besemah yaitu :

1.     Hukum adat bujang gadis (Mencari jodoh) terdiri dari :
·       “Begare”  (Pertemuan malam hari)
·       “Bergare” (Pertemuan lain)
·       Kule berete
·       Kule ambek anak (ambek anak / setelah menikah si bujang / pengantin laki – laki tinggal di tempat wanita)
·       Kule sesame
·       Kawin lari (dengan aturan pamit kepada kepala desa atau pemua adat)
2.     Hukum adat tentang kematian
·       Bejeghum (Pemberitahuan)
3.     Hukum Adat seni budaya terdiri dari beberapa budaya tradisional yaitu:
·       Tari kebagh
·       Tari siwar
·       Guritan
·       Pencak silat
·       Tari kikuk
·       Tari pedang
·       Serdam
Hukum adat tersebut menjadi pedoman oleh masyarakat besemah dalam berkunjung atau bertamu, kematian dan seni yang ada di masyarakat besemah dan harus di lestarikan dan dihayati dan di praktekan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, masyarakat besemah sungguh benar-benar menjalankan adat-istiadat yang berlaku hingga saat ini. Sesuai kenyataan hukum adat besemah sudah di hayati dan dipraktekan dalam kehidupan masyarakat besemah itu sendiri.
4.     Bagaimana hubungan budaya besemah dengan agama-agama yang ada di tengah masyarakat
Walau memiliki keragaman suku, dan berbagai agama yang dianut suku besemah, namun untuk konflik antar pemeluk agama belum pernah terjadi di Tanjung Sakti Sumatera Selatan (Sumsel). Menurut Bapak Muhar Duasim daerah besemah selalu kondusif kerukunan umat beragamanya baik agama katolik maupun agama islam.

Hal inilah menurut Bapak Muhar Duasim, yang harus terus dijaga. Umat beragama di daerah Tanjung Sakti, diharapkan Bapak Muhar Duasim, tidak mudah terprovokasi dan terpecah belah oleh permasalahan  agama yang sedang terjadi saat ini. Misalnya konflik antara umat agama islam dan katolik. “Belum ada konflik keagamaan, yang mengacu kepada perpecahan di Daerah Tajung Sakti. Karenanya kerukunan yang sudah terbina ini, harus terus dijaga.”
Walaupun di Tanjung Sakti, berkumpul banyak suku bangsa namun kondisi Tanjung Sakti tetap kondusif dan semua masyarakat bebas melakukan kegiatan keagaman. Banyak pihak yang berperan dan berupaya memperat hubungan antara pemeluk agama antaranya pemangku adat dan kepala desa, agar tidak adanya perbedaan antara umat beragama di daerah Tanjung Sakti. Dengan begitu, konflik tidak akan terjadi.”
Dulu daerah Tanjung Sakti masih meletakan kepercayaan mereka kepada nenek moyang, kepercayaan akan benda-benda sakti dan memuja pohon-pohon besar. Hal ini sungguh bertentangan dengan ajaran agama yang telah ada. Dari perkembangan zaman dan peradaban agama di daerah Tanjung Sakti membuat masyarakat di sana semakin menemukan jalur atau jalan yang benar mengenai agama. Saat ini, tinggal sedikit masyarakat Tanjung Sakti yang memuja berhala, kebanyakan sudah memiliki agama dan percayaan terhadap Tuhan.
5.     Tantangan budaya besemah di kemudian hari
Budaya besemah tentu memiliki banyak tantangan di kemudian hari apalagi dunia sekarang sudah sangat cepat berubah baik dari segi teknologi ataupun gaya hidup manusianya. Tantangan di era globalisasi membuat budaya besemah sedikit pudar karena rata-rata dari anak muda yang telah tamat SMA atau sederajat untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu perguruan tinggi di luar daerah Tanjung Sakti. Misalnya Palembang, Jawa, Jakarta dan lain-lain. Ketika anak muda merantau dari daerahnya ke daerah lain tentu memiliki budaya dan adat-istiadat yang berbeda dengan daerah aslinya. Oleh karena itu, orang muda yang diharapkan akan kembali ke tanjung sakti sebagai penerus generasi berikutnya tapi lebih memilih untuk tinggal di kota atau daerah yang lebih baik dari daerah Tanjung Sakti, sehingga sedikit demi sedikit orang muda di situ habis dan penerus generasi berikutnya pun berkurang.

Budaya besemah pun lama-lama akan tidak terpakai bahkan nanti akan ada perubahan terhadap peraturan karena hampir 90 % semua masyarakat Indonesia khusunya daerah Tanjung Sakti mengikuti mode atau cara berpenampilan orang luar negeri dan tingkah laku orang luar negeri. Arus globalisasi yang semakin cepat membuat pemikiran dan tingkah laku setiap orang berbeda-beda karena dampak televisi, dunia maya, dan banyak lainnya. Dampak tersebut membuat pola pikir generasi muda semakin ingin melupakan budaya besemah dan ingin mencoba gaya hidup westerenisasi, mulai dengan pola rambut, berbicara, bersikap, dan pakaian. Hal tersebut memungkinkan budaya besemah dikemudian hari akan luntur karena era globalisasi tapi tinggal pribadi setiap orang yang bisa menentukan jalan hidupnya.

BAB.III. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Gereja Katolik dengan inkulturasi budaya besemah merupakan perpaduan dan percampuran sejarah yang sangat unik karena adanya peradaban dengan budaya setempat yaitu budaya besemah. Agama menjadi jalur silaturahmi antar umat beragama baik Katolik ataupun non Katolik, sehingga tidak adanya perpecahan antar umat beragama dan selalu hidup berdampingan. Pengetahuan mengenai agama haruslah di didik ke pada generasi muda sejak dini agar tidak sempit mengenai pemikiran agama dan mengajarkan hal-hal yang positif terhadap generasi muda dan memberikan pembelajaran mengenai budaya besemah kepada generasi muda agar mereka mau mencintai budaya yang telah ada. Fenomena legenda, religi, mitos atau magi merupakaan fenomena yang bener-benar ada dan masih sangat kental dalam masyarakat besemah, karena adanya kepercayaan terhadap leluhur atau nenek moyang sehingga hal ini tidak menjadi kesalahan pahaman dalam mempercayai Tuhan.
Kesan dalam mengikuti perkuliahan fenomenologi agama dan acara outing class sangatlah seru, banyak tantangan dan hati tidak bisa tenang kalau sudah memasuki kota pagaralam karena kendaraan yang digunakan adalah kendaraan yang besar. Adanya sedikit kekecewaan karena waktu yang dijadwalkan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena faktor kendaraan. Pengetahuan mengenai adat-istiadat dan sejarah Gereja Katolik yang pertama di Sumatera Selatan adalah pengetahuan baru yang di dapat dan langsung di praktekan secara langsung. Pesannya untuk perkuliahan fenomenologi agama dan acara outing class adalah lebih memikirkan secara matang lagi mengenai kendaraan, karena kendaraan merupakan faktor pertama dalam keberangkatan ke daerah Tanjung Sakti. Saran saya menggunakan bus yang lebih kecil sehingga bisa menaklukan rintangan yang ada dan peserta merasa nyaman dalam perjalanan.

B.    Sasaran          
Perkenalkan agama kepada anak-anak disekitar sejak dini agar anak itu dapat tumbuh menjadi manusia dewasa yang lebih berkualitas, berakhlak dan mampu mengendalikan diri dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Dengan adanya beberapa fenomenologi mengenai adat istiadat dan kepercayaan agama membuat kita semakin mengerti mengenai adat istiadat dan agama yang sudah kita peluk dan mempercayai agama tersebut, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman mengenai agama dan akibatnya terjadi pertengkaran atau perpecahan antara umat beragama. Hilangkanlah sifat yang ingin menang sendiri dan carilah ilmu yang lebih banyak lagi sehingga pemikiran kita mengenai agama itu tidak sempit. mulailah ubah dunia ini dengan ketenangan antara umat beragama sehingga dapat berelasi dengan baik antara umat beragama sehingga terciptanya hubungan yang erat antar semua umat beragama.


 Daftar Pustaka
Anonim 2013.Adat Istiadat Besemah Ulu Manna (Tanjung Sakti). Tanjung Sakti:Sumatera  Selatan.
Jajangrkawentar.2013. Gereja Lahat Tertua di Sumatera Selatan,(Online). (http://www.harianlahat.com/2013/02/gereja-lahat-tertua-di-sumatera-selatan/#.UsWkeNIW3g8 diakses tanggal 15 Februari 2013)